Senin, 27 Juni 2016

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA INDUSTRI KONTRAKTOR (STUDI KASUS PT. MAK)

            PT. MAK merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa kontruksi bangunan bertingkat. Perusahaan tersebut sedang melakukan pembenahan dengan restrukturisasi organisasi, mengklasifikasi jenis proyek, mengkalsifikasi nilai proyek dan implementasi sistem manajemen internasional yaitu ISO 9001:2008, OHSAS 18001:2007, dan ISO 14001:2004. PT. MAK hanya menjadikan ISO 9001:2008 sebagai sistem manajemen internasional yang diimplementasikan karena klien lebih memusatkan perhatian kepada sistem manajemen ini. Berdasarkan ulasan ini, peneliti ingin mencari tujuan dalam penelitian yaitu mengetahui tingkat kesesuaian penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 pada PT. MAK, mengetahui kinerja PT. MAK, mengetahui pengaruh faktor-faktor sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 secara bersama-sama terhadap kinerja PT. MAK, dan mengetahui faktor-faktor yang berpenagruh signifikan terhadap kinerja PT. MAK.
            Metodologi penelitian untuk kasus ini yaitu jenis penelitian adalah penelitian eksploratif. Obyek penelitian ini adalah proyek-proyek yang sedang dikerjakan oleh PT. MAK, yang terdiri dari 4 (empat) proyek berada di Jakarta dengan klasifikasi A yaitu proyek bernilai dibawah Rp. 20 Miliar dan menerapkan ISO 9001:2008. Variabel yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari variabel independen (variabel bebas) adalah Material (X1), Man (X2), Machine (X3), Method (X4), Environment (X5), sedangkan variabel dependen (variabel terikat) adalah kinerja (Y). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Pengujian instrumen yaitu uji kualitas instrumen yang berisi uji reabilitas dan uji validitas, uji asumsi klasik yang berisi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji linearitas, dan uji heteroskedastisitas. Adapun untuk populasi diambil dari 4 (empat) team proyek PT. MAK yang berklasifikasi A dengan jumlah 64 (enam puluh empat) orang, namun personil yang terlibat langsung pada penerapan ISO 9001:2008 berjumlah 40 orang. Populasi adalah kumpulan elemen atau obyek yang memiliki informasi yang dicari oleh peneliti yang akan diambil kesimpulan untuk menjawab dari sejumlah permasalahan. Adapun jumlah sampel penelitian yang diambil yang terdiri atas: Top Manajemen Proyek = 4 orang, Middle Manajemen Proyek = 16 orang, Low Manajemen Proyek = 20 orang. Hal ini didasarkan pada keterlibatan secara langsung personil terhadap penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling nonprobabilitas yaitu teknik ”purposive sampling”, dimana pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan kriteria tertentu sehingga relevan dengan rencana penelitian. Penelitian yang dilakukan dengan pengambilan sampel terdapat wakil dari segala lapisan populasi.

            Kesimpulan penelitian berdasarkan uji uji yang telah dilakukan diperoleh bahwa analisis tingkat kesesuaian Sistem Manajemen Mutu PT. MAK terhadap Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 berada pada tingkatan Sesuai dengan tingkat kesesuaian 89,84%. Skor Kinerja PT. MAK adalah 81,50%; hal ini berada pada katagori Baik. Hasil uji F diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000<0,05 yang berarti variable independen secara simultan berpengaruh terhadap variable dependen. Hasil uji goodness of fit menjelaskan bahwa model regresi layak untuk digunakan karena data hasil penelitian berada sekitar garis estimasi regresi. Koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar 0,671 atau 67,1% berarti kinerja PT. MAK dipengaruhi oleh material, man, machine, method , dan environment dan sisanya sebesar 32,9%dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil analisis parsial terhadap koefisien-koefisien regresi diperoleh bahwa Material, Man, Machine, Method, berpengaruh secara signifikan, sedangkan Environment tidak berpengaruh.

Author: Abdul Azis/ 30412011/ 4ID07
Reference:  http://www.ibn.ac.id/journal/Bernard_Edwin_S/Implementasi_Penerapan_Manajemen_Mutu.pdf

Sabtu, 09 April 2016

TUGAS 2 ETIKA PROFESI

Deskripsikan mimpi dan harapan setelah meraih sarjana teknik industri !

Mimpi dan harapan saya setelah lulus teknik industri adalah bekerja di suatu perusahaan atau pabrik. Saya akan mengamalkan semua ilmu yang saya dapat selama masa sekolah dan perkuliahan kedalam pekerjaan saya. saya juga mempunyai mimpi untuk memenuhi kebutuhan yang saya inginkan pada masa lampau jika saya sudah mapan. Saya juga ingin mempunyai mimpi menjadi pengusaha yang membuka lapangan kerja baru terhadap orang banyak sehingga orang orang tidak ada yang menganggur. Saya ingin meniti karir yang baik agar di masa depan saya tinggal menikmati hasilnya saja. Harapan saya jika saya sudah mapan di kemudian hari saya tetap menjadi saya yang dahulu dan tidak besar hati serta selalu ingat kepada Tuhan yang maha kuasa. 

Minggu, 10 Januari 2016

KEWIRAUSAHAAN (TUGAS 2)

      Perencanaan organisasional adalah suatu proses pembentukan kegunaan yang teratur untuk semua sumber daya dalam sistem manajemen. Penggunaan tersebut menekankan pada pencapaian tujuan sistem manajemen dan membantu wirausahawan tidak hanya dalam pembuatan tujuan nyata tetapi juga didalam menegaskan sumberdaya yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan perencanaan organisasional adalah:
a.   Tujuan Perlindungan (Protective) : meminimalisir resiko dengan mengurangi ketidakpastian di sekitar kondisi bisnis dan menjelaskan konsekuensi tindakan manajerial yang berhubungan
b.      Tujuan Kesepakatan (Affirmative) : meningkatkan tingkat keberhasilan organisasional.
Henry fayol telah mengemukakan 16 garis pedoman umum yang digunakan ketika mengorganisasi sumber daya yaitu:
1.      Menyiapkan dan melaksanakan rencana operasional secara bijaksana.
2.    Mengorganisasi faset kemanusiaan dan bahan sehingga konsisten dengan tujuan, sumber daya, dan kebutuhan dari persoalan tersebut.
3.      Menetapkan wewenang tunggal, kompeten, enerjik, dan menuntun.
4.      Mengkoordinasi semua aktivitas-aktivitas dan usaha-usaha.
5.      Merumuskan keputusan yang jelas, tepat, dan berbeda.
6.      Menyusun seleksi yang efisien.
7.      Mendefinisikan tugas-tugas.
8.      Mendorong inisiatif dan tanggung jawab.
9.      Memberikan balas jasa yang adil dan sesuai dengan jasa yang diberikan.
10.  Memfungsikan sanksi terhadapa kesalahan dan kekeliruan.
11.  Mempertahankan disiplin.
12.  Menjamin bahwa kepentingan individu konsieten dengan kepentiungan umum dan organisasi.
13.  Mengakui adanya satu komando.
14.  Mempromosikan koordnasi dahan dan kemusiaan.
15.  Melembagakan dan memberlakukan pengawasan.
16.  Menghindari adanya pengaturan, birokrasi, dan kertas kerja.
Pembagian kerja memiliki keuntungan. Berikut adalah keuntungan pembagian kerja.
a.       Tenaga kerja tidak kehilangan waktu dari satu tugas ke tugas yang lain.
b.      Pekerja berspesialisasi dalam tugas tertentu dengan kemampuan dan skill.
c.  Pekerja hanya perlu mengetahui bagaimana melaksanakan bagian tugas dan bukan proses keseluruhan produk.
d.      Pekerja memusatkan diri pada satu pekerjaan dan membuat pekerjaan lebih mudah.
     Selain keuntungan, pembagian kerja juga memiliki kerugian. Berikut adalah kerugian pembagian kerja.
a.  Kerja yang terspesialisasi cenderung menjadi sangat membosankan yang berakibat tingkat produksi menurun.
b.      Pembagian kerja hanya dipusatkan pada efisiensi dan manfaat ekonomi .
Menurut Chester Barnard akan makin banyak perintah manajer yang diterima dalam jangka panjang jika :
1.      Rantai komando yang lengkap.
2.      Lini komunikasi antar manajer bawahan bersifat langsung.
3.      Saluran formal dari komunikasi digunakan oleh manajer dan dikenal semua anggota organisasi.
4.      Tiap anggota organisasi telah menerima saluran komunikasi formal melalui perintah.
5.      Suatu perintah secara otentik memang bersala dari manajer.
6.      Manajer menggunakan lini komunikasi formal hanya untuk urusan organisasional.
7.      Manajer memiliki keterampilan komunikasi yang memadai.


Kamis, 22 Oktober 2015

KEWIRAUSAHAAN (TULISAN)

MANFAAT DAN KEGUNAAN SEMUT JEPANG UNTUK KESEHATAN

Jika berbicara tentang kegunaan dan manfaat dari semut Jepang, mungkin Anda akan sedikit terkejut. Semut yang biasanya merupakan serangga kecil yang seringkali luput dari perhatian kita, ternyata memiliki manfaat di baliknya. Anda juga mungkin saja baru pertama kali mendengar tentang semut Jepang. Sebelum membahas tentang kegunaannya, mari kita bahas tentang jenis semut yang satu ini terlebih dahulu.

Manfaat Semut Jepang

Sekilas tentang semut Jepang

Semut dalam bahasa Jepang memiliki sebutan Ari, dimana secara harafiah memiliki arti serangga kesetiaan. Di negara Jepang sendiri terdapat lebih dari 200 jenis semut jepang yang berbeda-beda. Beberapa contoh dari jenis semut Jepang yakni:
Pachycondyla pilosiorAmblyopone silvestriiStenamma owstoni
AphaenogasterPonera swezeyiAphaenogaster ruida
Ponera scabraPehidole bugiAphaenogaster vapida
Solenopsis japonicaMonomorium trivialTechnomyrmex gibbsosus
Ochetellus glaverLasius talpaLasius umbratus
Lasius spathepusPyramica leptothrixVollenhovia emeryi
Polyergus samuraiCrematogaster vagulaCamponotus nipponicus
Dan masih banyak lagi jenis spesies lainnya dari semut Jepang yang tidak kita sebutkan disini semua. Yang di atas merupakan beberapa contohnya saja.

Ciri-ciri dan manfaat semut Jepang

Adapun perbedaan dari semut Jepang dibandingkan semut spesies lainnya yakni memiliki badan yang keras, bersayap namun tak bisa terbang, suka reproduksi, hidup secara berkelompok, bukan hewan kanibal. Itulah beberapa ciri yang membedakan semut Jepang dengan spesies semut lainnya. Dimana ciri utama yang menonjol adalah dari sayapnya.

Karena memiliki manfaat, sehingga semut Jepang banyak dicari oleh orang-orang, dan banyak orang yang membuat budidaya semut Jepang yang satu ini. Lebih lanjut, sekarang mari kita bahas tentang manfaat dan khasiat atau kegunaan dari semut Jepang untuk manusia berikut:
  • Semut Jepang berguna untuk menjadikan tingkat kolesterol di darah normal, khususnya untuk orang yang mempunyai kadar kolesterol tinggi pada darah.
  • Mengobati dan meringankan penyakit jantung.
  • Mengobati dan meringankan penyakit asam urat, khusus orang dengan kadar asam urat tinggi di tubuh.
  • Menjadikan jumlah gula di darah menjadi stabil, cocok untuk orang yang terserang penyakit diabetes.
  • Menjadikan tekanan darah stabil, khususnya untuk orang yang menderita hipertensi (penyakit darah tinggi).
  • Mampu menambah vitalitas dari pria maupun wanita, cocok bagi pria maupun wanita dengan jam kerja tinggi serta kesibukan untuk sehari-harinya, tubuh pun dapat menjadi lebih segar dengan semut Jepang.

Cara meminum semut Jepang

Mungkin Anda bingung bagaimana menggunakan semut Jepang untuk mengambil khasiatnya tersebut. Caranya yaitu dengan menggunakan kapsul kosong yang berbahan rumput laut. Anda bisa menemukan kapsul ini dengan mudah di toko obat terdekat di kota Anda. Kemudian, Anda perlu mencari semut Jepang ini, lalu semut Jepang pun yang ukurannya kecil dimasukkan dalam kapsul. Selanjutnya kapsul dimasukkan lagi ke dalam makanan lainnya.

Contohnya yang mudah saja seperti pisang, masukkan kapsul ke pisang lalu Anda makan pisang yang terdapat kapsul berisi semut Jepang tersebut. Atau Anda pun bisa langsung mengkonsumsi kapsul berisi semut Jepang tanpa harus menggunakan pisang. Beberapa penjual online ada yang menawarkan penjualan semut Jepang. Anda dapat mengontaknya untuk informasi lebih mendetail tentang semut Jepang. Sekian artikel tentang manfaat dan kegunaan dari semut Jepang, semoga bermanfaat dan ditunggu feedbacknya

Rabu, 21 Oktober 2015

KEWIRAUSAHAAN (TUGAS 1)

Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi. Kewirausahaan (Entrepreneurship) berasal dari bahasa Perancis : Perantara.
Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru. Tiga jenis perilaku yaitu memulai inisiatif, mengorganisasi dan mereorganisasi mekanisme sosial/ekonomi untuk merubah sumber daya dan situasi dengan cara praktis, diterimanya resiko dan kegagalan.
Inovasi adalah kunci penting seorang wirausahawan. Karakteristik Wirausahawan Menurut McClelland yaitu, keinginan untuk berprestasi, keinginan untuk bertanggung jawab, preferensi kepada resiko-resiko menengah, persepsi kepada kemungkinan berhasil, rangsangan oleh umpan balik, aktivitas energik, orientasi ke masa depan, keterampilan dalam pengorganisasian, sikap terhadap uang.
Karakteristik wirausahawan yang sukses dengan n Ach tinggi. Kemampuan inovatif, toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity), keinginan untuk berprestasi, kemampuan perencanaan realistis, kepemimpinan terorientasi kepada tujuan, obyektivitas, tanggung jawab pribadi, kemampuan beradaptasi, kemampuan sebagai pengorganisasi dan administrator.
Kebutuhan untuk berprestasi (nAch) n-ACH adalah motivasi untuk berprestasi , karena itu karyawan akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut. Kebutuhan untuk berafiliasi (nAfil). Kebutuhan untuk Berafiliasi atau Bersahabat (n-AFI) Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi. Mc Clelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi. Kebutuhan untuk berkuasa (nPow) Kebutuhan akan Kekuasaan (n-POW). Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain.
Sumber gagasan dalam identifikasi peluang usaha baru yaitu kebutuhan akan sumber penemuan, hobi atau kesenangan pribadi, mengamati kecenderungan-kecenderungan, mengamati kekurangan-kekurangan produk dan jasa yang ada, mengapa tidak terdapat ?, kegunaan lain dari barang-barang biasa, pemanfaat produk dari perusahaan lain.
Unsur-unsur analisa pulang pokok yaitu biaya tetap, biaya variable, biaya total, pendapatan total, keuntungan, kerugian, titik pulang pokok.
Pemilikan tunggal (firma) merupakan organisasi bisnis kecil paling umum. Perusahaan dimiliki dan dijalankan satu orang. Hanya memerlukan izin dan mendaftar untuk memulai usaha. Keuntungan : kewajiban hukum yang dipenuhi hanya sedikit dan tidak semahal bentuk kongsi atau perseroan, pemilik tidak membagi laba dengan siapapun, tidak perlu berkonstultasi dengan sesame pemilik atau rekanan sehingga memiliki kekuasaan membuat keputusan dan pengendalian sepenuhnya, pemilik dapat menanggapi kebutuhan-kebutuhan bisnis dengan cepat dalam bentuk keputusan manajemen sehari-hari, dan pemilikan tunggal biasanya bebas dari pengawas pemerintah dan perpajakan khusus. Kerugian : kewajiban dan tanggung jawab tidak terbatas atas seluruh utang perusahaan, modal yang tersedia jauh lebuh kecil dibandingkan organisasi bisnis lainnya, dan sukar mendapatkan pembiayaan jangka panjang dan sangat tergantung keterampilan pemilik menyebabkan perusahaan tidak stabil.
Kongsi merupakan asosiasi dari dua orang atau lebih, yang bertindak sebagai pemilik bersama dari sebuah bisnis. Ayat-ayat perjanjian dari kongsi biasanya dirumuskan untuk menentukan sumbangan masing-masing rekanan kepada bisnis. Keuntungan : formalitas hukum dan pengeluaran-pengeluaran lebih sedikit dibandingkan dengan persyaratan-persyaratan dalam pendirian perseroan, para rekanan termotivasi untuk menerapkan kemampuan terbaik karena ikut mendapatkan laba, lebih mudah mendapatkan modal besar dan memiliki ketarampilan yang lebih luas dibandingkan firma, dan pengambilan keputusan lebih luas dibandngan perseroan. Kerugian : terdapat kewajiban tak terbatas minimal bagi seorang rekanan, dapat berakhir kapan saja dan dapat dilanjutkan dengan membentuk kongsi baru, kongsi relatif lebih sukar untuk memperoleh modal dalam jumlah besar dibandingkan perseroan, dan rekanan merupakan agen bisnis itu dan tindakan mereka mengikat rekanan lain.
Perseroan merupakan jenis organisasi bisnis paling rumit. Biasanya dibentuk dengan kekuasaan dari sebuah badan pemerintah dan harus menurut hukum dagang, dan peraturan-peraturan pemerintah pusat maupun daerah. Keuntungan : kewajiban terbatas hanya dalam jumlah saham, kepemilikan dengan mudah dipindahkan keorang lain, memiliki ekstensi hukum yang terpisah, ekstensi perusahaan relative lebih stabil dan permanen sehingga perusahaan dapat berjalan melaksanaan usahanya, pendelegasian kekuasaan pada manajer professional, dan perseroan sanggup menggaji spesialis. Kerugian : kegiatannya dibatasi oleh akte pendirian sesuai hukum dan perundangan, banyak peraturan pemerintah yang harus diperhatikan, membutuhkan biaya yang besar dalam pendiriannya, dan pajak yang tinggi karena adanya berbagai instasi pemerintah.
Perusahaan yang go public biasanya memperoleh cara mudah untuk mendapatkan modal tambahan terutama utang. Tidak hanya pembiayaan hutang tetapi modal ekuitas masa depan lebih mudah diperoleh ketika diperoleh kenaikan harga saham. Keuntungan : diperolehnya modal ekuitas baru, diperoleh nilai dan kemampuan dialihkan dari aktiva organisasi, kemampuan untuk mendapatkan dana dimasa depan dengan relative lebih mudah, dan mendapatkan prestise. Kerugian : hilangnya fleksibilitas dan meningkatnya beban administrasi yang diakibatkannya.
Tahap pencarian calon tenaga kerja. Pada tahap ini diusahakan agar jumlah calon tenaga kerja terkumpul cukup banyak sehingga dapat dilakukan seleksi yang baik. Makin banyak calon tenaga kerja, makin banyak kemungkinan mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi persyaratan perusahaan. Pencarian calon tenaga kerja dilakukan melalui :
a.   Iklan
b.   Pendekatan langsung ke sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan.
c. Para tenaga kerjanya sendiri yang mengajukan kenalan atau anggota keluarganya yang dapat mereka jamin ‘kebaikan’ pekerjaan mereka.
d.   Pencari kerja melamar sendiri ke perusahaan-perusahaan.
Tahap seleksi calon tenaga kerja. Proses seleksi calon tenaga kerja diperusahaan di Indonesia bervariasi. Namun secara garis besar seleksi berlangsung sesuai dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a.   Seleksi surat-surat lamaran
b.   Wawancara awal.
c.   Ujian, psikotes, wawancara
Tahap ini dapat dibagi dalam 3 subtahap yaitu:
a. ujian: calon mendapat ujian tertulis tentang pengetahuan dan keterampilannya dengan pekerjaan yang dilamar.
b. psikotes: calon dievaluasi secara psikologi, yang meliputi pemberian tes psikologi secara kelompok atau klasikal dan secara perorangan dan wawancara.
c.   wawancara: calon diwawancarai oleh pemimpin unit kerja yang memerlukan tenaganya. Disini calon diwawancarai oleh atasan dari jabatan yang akan ia duduki jika diterima. Atasan dapat melihat sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki calon tentang pekerjaan yang ia lamar. Dalam tahap tiga ini dapat terjadi bahwa para calon mengikuti semua subtahap atau hanya mengikuti subtahap berikutnya kalau dinilai memuaskan pada subtahap sebelumnya.
d.   Penilaian akhir. Pada tahap ini hasil-hasil dari tahap sebelumnya dinilai secara keseluruhan untuk sampai diambil keputusan akhir calon mana yang akan diterima atau ditolak. Para calon yang diterima kemudian diminta untuk dites kesehatan umumnya. Hasil tes kesehatan ini dan hasil-hasil dari tahapan sebelumnya kemudian digunakan sebagai dasar penerimaan atau penolakan calon.
e.   Pemberitahuan dan wawancara akhir. Hasil penilaian pada tahap 4 diberitahukan kepada para calon. Wawancara akhir dilakukan pada calon yang diterima, kemudian diterangkan tentang berbagai kebijakan, terutama yang menyangkut kebijakan dalam bidang SDM, seperti gaji dan imbalan lainnya. Jika calon tenaga kerja menyetujuinya, ia dapat diterima pada perusahaan.
f. Penerimaan. Dalam tahap ini para calon tenaga kerja mendapat surat keputusan diterima kerja pada perusahaan dengan berbagai persyaratan kerja. Ada kalanya tenaga kerja diminta untuk menandatangani sebuah kontrak kerja.

SUMBER:
Ahman, Eeng. (2007). Membina Kompetensi Ekonomi. Penerbit : Grafindo Media Pratama, Bandung.
Soeryanto, Eddy. (2009). Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung. Penerbit : Elex Media Komputindo, Jakarta.


Rabu, 10 Juni 2015

TULISAN TENTANG IBU YUYUN YUNIAR

 Ibu Yuyun Yuniar merupakan salah satu staff pengajar di jurusan teknik industri universitas gunadarma. Beliau sudah mengajar dua kali dalam semester lima dan enam ini. Mata kuliah yang beliau ajarkan pada semester lima adalah “Analisis Keputusan” sedangkan saat ini mengajar softskill “Pengetahuan Lingkungan”. Menurut saya, beliau dalam memberi penjelasan kepada mahasiswa dinilai masih dalam proses berkembang karena masih merupakan dosen muda yang bertahap menjadi dosen senior di universitas gunadarma. Cara mengajar beliau terkadang masih dinilai kurang sehingga banyak mahasiswa yang masih belum paham dengan materi yang diajarkan tetapi cara penyampaian dan pemberian nilai sudah cukup baik. Beliau tergolong dosen yang kurang aktif karena jarang masuk meskipun menjadi dosen softskill yang hanya bertemu sebulan sekali. Saya berharap untuk bu yuyun yuniar lebih ditingkatkan lagi cara mengajarnya dan lebih disiplin untuk mengisi waktu perkuliahan agar mahasiswa tidak menganggur setiap minggunya. Mohon maaf untuk perkataan yang sudah saya ucapakan dan ini tidak berkmaksud untuk menyakiti perasaan dan bertujuan untuk menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Sekian dan terima kasih 

Rabu, 06 Mei 2015

PENGETAHUAN LINGKUNGAN: STUDI KASUS DAN ANALISIS PERUSAHAAN YANG MENERAPKAN ISO 14001

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3. Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.
Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham  menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.
Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik.
Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.

Penerapan Sistem Manajemen Lingkung PT. Unilever Indonesia, Tbk.
            Perkembangan industri dewasa ini telah menyebabkan krisis lingkungan dan energi. Bermula dari dampak industri inilah maka organisasi dan industri dituntut untuk meningkatkan pertanggungjawaban terhadap konservasi lingkungan. Berdasarkan kondisi ini, maka tuntutan peraturan dunia terhadap pertanggungjawaban organisasi dan industri dalam pengelolaan lingkungan menjadi meningkat. Sistem Manajemen Lingkungan telah menjadi tuntutan dari pelanggan negara maju yang secara sadar melihat pentingnya perlindungan terhadap lingkungan dilaksanakan sejak dini untuk meminimalkan kerusakan lingkungan di masa depan.
            Berbagai macam organisasi semakin meningkatkan kepedulian terhadap pencapaian dan penunjukan kinerja lingkungan yang baik melalui pengendalian dampak lingkungan yang terkait dengan kegiatan, produk dan jasa organisasi yang bersangkutan, konsisten dengan kebijakan dan tujuan lingkungan mereka. Hal tersebut dilaksanakan dalam konteks semakin ketatnya peraturan perundang-undangan, pengembangan kebijakan ekonomi dan perangkat lain yang mendorong perlindungan lingkungan; dan meningkatnya kepedulian pihak-pihak yang berkepentingan terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Banyak organisasi telah melaksanakan kajian atau audit lingkungan untuk mengkaji kinerja lingkungan mereka. Bila dilaksanakan tersendiri, kajian dan audit tersebut mungkin tidak cukup untuk memberikan jaminan bahwa kinerja lingkungannya memenuhi dan akan berlanjut memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan dan kebijakan organisasi. Agar efektif, kajian dan audit tersebut perlu dilaksanakan dalam suatu sistem manajemen yang terstruktur yang terintegrasi dalam organisasi tersebut.
            Unilever melaporkan bahwa mereka berupaya menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG) dalam setiap kegiatan. Prinsip ini pun telah diintegrasikan ke dalam ‘Tujuan Perusahaan’ dan ‘Kode Etik Prinsip Bisnis’ Unilever. Dokumen-dokumen tersebut menjadi pedoman bagi manajemen, karyawan, mitra dan juga para pihak yang berkepentingan dalam aktivitas mereka. Berkelanjutan juga diterapkan secara langsung di dalam beberapa elemen tata kelola perusahaan Uniever, antara lain:
Unilever bekerja sama dengan Safety and Environment Assurance Committee (SEAC) atau Komisi Jaminan Keselamatan dan Lingkungan yang berkedudukan di Inggris guna memastikan bahwa seluruh proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keselamatan dan lingkungan dari produk dilakukan secara terpisah dari keputusan komersial.
Central Safety, Health and Environment Committee (CSHEC) atau Komisi Pusat Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan mengembangkan kebijakan, peraturan, prosedur dan standar tentang kesehatan, keselamatan dan lingkungan, serta menyebarluaskan perilaku yang aman dan penanganan investigasi kecelakaan.
Kode etik perusahaan yang diungkapkan dalam Kode Etik Prinsip Bisnis Unilever yang berkaitan dengan lingkungan adalah:

Kode Etik Terhadap Lingkungan:
“Unilever berkomitmen terhadap pengembangan manajemen dampak lingkungan secara berkesinambungan dan terhadap tujuan jangka panjang berupa mengembangkan bisnis yang berkesinambungan.”

Analisis Kebijakan Lingkungan PT. Unilever Indonesia, Tbk.
            Efisiensi dalam produksi dampak lingkungan tempat produksi Unilever terbagi atas dampak yang berasal dari luar (seperti penggunaan sumber daya dan energi) dan dampak yang berasal dari dalam (seperti limbah cair dan sampah). Untuk mengelola dampak ini sambil terus-menerus menyempurnakan proses produksi, Unilever menerapkan Sistem Pengelolaan Lingkungan atau Environmental Management Sytem (EMS) berdasarkan ISO 14001.
Elemen penting dari EMS Unilever adalah menetapkan dan meninjau sasaran berdasarkan indikator kinerja utama atau key performance indicator (KPI). Setiap tahun, Unilever mengumpulkan data dari pabrik Unilever di Cikarang dan Rungkut berupa hasil pengukuran kinerja lingkungan yang penting. Data ini dibandingkan dengan standar yang berlaku di Indonesia dan target global Unilever, kemudian dihimpun dan dianalisis sebagai bagian dari system pelaporan kinerja lingkungan atau Environmental Performance Report (EPR) global Unilever.
            Dalam hal penggunaan energi dan air, Unilever menyatakan bahwa sejak 2003, pabrik Unilever telah menerapkan berbagai program untuk mengurangi konsumsi energi. Program ini telah mengurangi jumlah penggunaan energy pabrik sebanyak 37% dibandingkan 2005. Sejak 2005, pabrik Rungkut telah berhasil mengurangi kebutuhan air dan mengurangi pembuangan air limbah dari proses produksinya melalui pemasangan unit pengolah air limbah reverse osmosis. Teknologi ini menyediakan pengolahan air limbah canggih yang memungkinkan pemanfaatan air buangan hasil daur ulang untuk boiler dan menara pendingin. Sementara itu, limbah domestik dari toilet dan aktivitas pencucian masih dikirimkan langsung ke saluran limbah milik kawasan industri.
Unilever melaporkan penanganan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang telah dilakukannya, yaitu bahwa limbah B3 ini disimpan dalam ruang penyimpan khusus, sebelum dibuang ke PPLI, sebuah perusahaan pembuangan limbah B3 yang memenuhi standar lingkungan Indonesia dan internasional. Limbah padat dari kegiatan pencucian reaktor dipandang sebagai limbah B3 dan karena itu dikirim ke PPLI untuk pengolahan yang baik dan benar. Sedangkan untuk limbah yang tidak berbahaya Unilever bekerja sama dengan Asosiasi Industri Daur Ulang Plastik Indonesia (AIDUPI), kami memanfaatkan kemasan yang tidak terpakai atau bahan plastik lainnya untuk membuat produk plastik seperti ember atau keset. Limbah lain seperti drum kosong dan palet juga dikirimkan ke mitra untuk dipakai lagi atau didaur ulang.
            Pada 2003, Unilever telah mengganti bahan bakar boiler dari solar ke gas alam yang mengandung relative lebih sedikit sulfur. Penggantian ini mengurangi emisi SOx kami secara signifikan. Namun, pada dua tahun terakhir, pasokan gas ke Rungkut tidaklah stabil, dan mereka terpaksa kembali memakai solar sambil mencari alternative bahan bakar rendah sulfur. Sementara itu, pabrik Cikarang tetap memanfaatkan gas alam, sehingga mampu menjaga tingkat emisi SOx yang rendah.
            Selain itu, Unilever berupaya mengurangi jumlah limbah tidak berbahaya yang dihasilkan pabriknya yang mencakup limbah domestik, serta produk dan kemasan yang tidak layak jual/pakai. Unilever berupaya memanfaatkan kembali atau mendaur ulang limbah tersebut. Limbah yang tidak dapat dipakai atau didaur ulang lagi akan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Kini, lebih dari 4.800 ton/tahun limbah pabriknya dipakai lagi atau didaur ulang oleh pihak ketiga. Bekerja sama dengan Asosiasi Industri Daur Ulang Plastik Indonesia (AIDUPI), mereka memanfaatkan kemasan yang tidak terpakai atau bahan plastik lainnya untuk membuat produk plastik seperti ember atau keset. Limbah lain seperti drum kosong dan palet juga dikirimkan ke mitra untuk dipakai lagi atau didaur ulang. Dengan demikian, jumlah limbah yang didaur ulang terus meningkat sejak 2004.
Unilever juga berhasil mengurangi jumlah limbah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir melalui cara inovatif untuk membuang lumpur dari instalasi pengolahan air limbah. Jumlah lumpur ini mencapai 5 ton per hari. Pada 2006, pihak Unilever telah menandatangani nota kesepahaman dengan produsen semen (PT Holcim) untuk mengolah lumpur air limbahnya sebagai bahan baku di pabrik mereka. Sejak pendatanganan itu, Unilever tidak lagi mengirim lumpur apa pun ke tempat pembuangan akhir.
            Salah satu instrumen untuk mencapai sasaran efisiensi lingkungan Unilever adalah Total Productive Maintenance (TPM). Sejak tahun 1992, Unilever telah memakai pendekatan TPM untuk menciptakan kondisi pabrik yang ideal. Kerangka kerja TPM didasari oleh lima prinsip yaitu :
a.       Seiri – Keteraturan. Pisahkan alat yang diperlukan dari alat yang tidak diperlukan. Sediakan hanya alat yang diperlukan pada lantai produksi.
b.      Seiton – Organisasi Tempat Kerja. Atur tempat kerja sehingga alat yang diperlukan dapat diraih secara mudah dan cepat. Tempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya.
c.       Seiso - Pembersihan. Segera sapu, cuci, dan bersihkan semua yang berada di tempat kerja setelah dipakai.
d.      Seikhatsu - Kebersihan. Jaga kebersihan semua alat sehingga selalu siap dipakai.
e.       Shitsuke - Kedisiplinan. Setiap orang memahami, mematuhi, dan menerapkan aturan di pabrik.
Kelima prinsip ini dipercaya mampu membantu mereka dalam menjaga peralatan sedekat mungkin dengan kondisi peralatan yang ideal, bekerja lebih efisien, mengurangi waktu mesin tidak beroperasi, serta meningkatkan catatan keselamatan kerja, kecelakaan fatal, kecelakaan berakibat hilang waktu atau lost time accidents (LTA), kasus yang menghambat pekerjaan atau restricted work cases (RWC), serta kasus yang menuntut perawatan kesehatan atau medical treatment cases (MTC).
            Pada dekade terakhir ini, unilever telah terus-menerus meningkatkan cara pengumpulan dan pelaporan data. Pada tahun 2006, mereka mengundang URS Verification Limited (URSVL) untuk mengaudit cara mereka mengelola catatan data pemantauan lingkungannya. Berdasarkan hasil audit ini, pihak unilever telah memperbaiki sistem pengelolaan datanya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan transkripsi, dan untuk mengembangkan sistem penelusuran data lingkungan yang lebih baik. Semua ini dilakukan sebagai bukti komitmen dalam penyediaan informasi yang lengkap dan akurat mengenai dampak lingkungannya.

            Komitmen Unilever terhadap lingkungan ini telah mengundang perhatian berbagai pihak. Selama tiga tahun terakhir, kami meraih peringkat “Hijau” untuk kedua pabrik Unilever dari Kementerian Lingkungan Hidup, melalui penghargaan PROPER. Peringkat hijau diberikan kepada perusahaan yang telah mencapai “emisi nol”. Penghargaan tersebut membuktikan bahwa Unilever mampu kecelakaan fatal, kecelakaan berakibat hilang waktu atau lost time accidents (LTA), kasus yang menghambat pekerjaan atau restricted work cases (RWC), serta kasus yang menuntut perawatan kesehatan atau medical treatment cases (MTC).